Kamis, 17 April 2014

Hewan Misterius Dunia



1. Ahool



 Hewan ini berbentuk seperti kelelawar, berkepala seperti monyet, bermata besar serta hitam, dan tubuhnya berbulu abu-abu gelap. Tubuhnya dapat sebesar anak berumur satu tahun dengan bentangan sayap dapat mencapai 10 kaki (3 meter). Hewan ini pertama kali dilihat oleh Dr.Ernest Bartels pada 1925 ketika sedang menyusuri Gunung Salak, Jawa Barat. Saat itu Ernest sedang mejelajahi air terjun di lereng gunung itu, dan mendadak saja seekor kelelawar raksasa menukik di atas kepalanya.Pada tahun 1927, sekitar pukul 11:30 malam, ketika Ernest Bartels berbaring di tempat tidurnya dalam pondok dekat sungai Tjidjengkol, Jawa Barat, dia mendengar suara aneh dari atas pondoknya. Suara itu berbunyi “Ahool … Ahool …”. Ernest mengambil obor dan memeriksa ke asal suara, dan melihat kelelawar raksasa yang dia lihat pada 1925. Itu sebabnya hewan ini disebut Ahool.

2. Agogwe

Agogwe adalah makhluk yang berbulu kecil, sering di temui Afrika Timur. Agogwe berjalan dengan dua kaki, Bulunya berwarna kemerahan. Agogwe adalah makhluk seperti manusia dan berukuran sangat kecil. Bagi orang Sumatra, sepertinya Agogwe di kenal dengan nama Orang Pendek.
Makhluk ini pertama kali diketahui keberadaannya pada sekitar 1900 oleh Kapten William Hitchens, namun baru disampaikan ke publik pada 1937. William menemukan makhluk ini di Afrika Timur. Menurut dia, Agogwe berbentuk seperti manusia dan berjalan dengan kaki, namun bertubuh kecil seperti kurcaci, serta berbulu kemerahan di sekujur tubuhnya. William menyebut, Agogwe yang ia lihat menyerupai seorang laki-laki, namun hanya setinggi 4 kaki. Pada 1938, seorang pria bernama Cuthbert Burgoyne juga melihat Agogwe di Afrika Timur. Ada teori yang menyebutkan, kalau Agogwe mungkin termasuk spesies gracile australopithecine, salah satu spesies primata yang pernah berdiam di Afrika, namun telah punah sejak ribuan tahun lalu.
Ada beberapa teori seputar keberadaan Agogwe. Dikatakan bahwa bipedal berambut merah ini mungkin makhluk hidup spesies dari gracile australopithecine - yang dikenal sebagai primata bipedal diketahui ilmu yang tinggal di Afrika Utara dan Timur sekitar 3 untuk 3.9 juta tahun yang lalu.
Gracile australopithecine jejak kaki yang telah ditemukan tidak menunjukkan bukti opposable jari kaki, tetapi berpendapat bahwa mungkin Agogwe diperoleh opposable tahun jari-jari kaki melalui evolusi. Satu teori lain menyatakan bahwa penampakan Agogwe mungkin dalam kenyataannya telah penampakan mungkin bertahan owa di hutan Afrika. Gibbons seperti Agogwe memiliki dahi bulat dan anjing kecil. Hal tersebut adalah penting untuk dicatat bahwa Gibbons terutama digunakan untuk penggerak lengan mereka dan bahwa mereka jarang terlihat di daratan.
Tidak ada penampakan saat ini di Agogwe. Terdokumentasi yang paling baru adalah bahwa salah satu dari Kolektor Hewan Charles Cordier pada akhir 1950-an dan awal 1960-an. Cordier telah mengikuti jejak Kakundakari Zimbabwe. Dia mencatat bahwa sekali Kakundakari telah menjadi terjerat dalam perangkap tetapi berhasil melarikan diri sebelum salah satu anggota timnya bisa mencapainya. Belum ada penampakan apapun kemudian daripada Cordier, tetapi itu tidak berarti bahwa Agogwe hanya kebetulan. Hanya berdiri sebagai sebuah bukti dari kepadatan dan keluasan hutan-hutan Afrika.
3. Serigala Andean



Hewan ini pun jarang sekali dapat dilihat, namun diketahui kerap berkeliaran di sekitar Laut Arktik dan di Amerika Utara. Hewan ini unik, karena hanya jenis ini satu-satunya dalam spesies anjing atau srigala yang tidak berbulu, sehingga kulitnya licin. Namun lucunya, di kepala dan ekor binatang ini justru tumbuh bulu berwarna kuning.

4. Kucing Rubah

Kucing Rubah merupakan sejenis karnivora baru yang ditemukan di Kalimantan. Ukurannya lebih besar dari kucing biasa, memiliki bulu berwarna merah, ekor yang panjang, dan kaki depan lebih panjang daripada kaki belakang seperti katak. Hewan ini mirip perpaduan antara kucing dan rubah. Biasanya kucing ini dianggap tidak memiliki bulu karena warna kulit dan bulu yang berwarna sama, sehingga membuat kucing ini dianggap tidak berbulu
Hewan ini ditemukan sekelompok ilmuan yang tergabung dalam World Wild Fund (WWF) pada 2003 saat tengah melakukan penelitian di kawasan Taman Nasional Kayan Mentarang, Kalimantan, namun baru dipublikasikan pada 2005. Hewan ini mirip rubah, tapi berkulit merah, dan berukuran lebih besar dari kucing. Yang menarik, binatang ini juga memiliki sepasang kaki belakang yang lebih panjang dari kaki depannya, dan memiliki ekor berotot yang panjang. Begitu dipublikasikan, dunia langsung heboh dan media memberitakannya sebagai temuan terpenting dalam satu abad terakhir, karena temuan spesies baru yang terakhir terjadi pada 1895 ketika di belantara Kalimantan ilmuwan juga menemukan seekor karnivora jenis musang luwak yang diberi nama melogale everetti atau borneo ferret badger.

5. Harimau Tasmania

Hewan bernama latin Thylacinus cynocephalus ini merupakan hewan marsupial karnivora modern terbesar yang pernah diketahui. Dianggap sebagai harimau, karena punggungnya bercorak belang seperti umumnya harimau. Namun ada pula yang menyebutnya srigala, karena bentuk kepalanya memang mirip srigala. Hewan yang hidup di benua Australia dan pulau Papua ini dinyatakan telah punah pada abad 20. Di Australia, hewan ini punah ribuan tahun sebelum kedatangan bangsa Eropa ke benua kangguru itu, namun sempat bertahan di pulau Tasmania bersama sejumlah spesies endemik lainnya, termasuk setan Tasmania. Itu sebabanya di belakang namanya ada tambahan kata Tasmania. Fosil yang ditemukan dari spesies binatang ini mengindikasikan kalau dia hidup sekitar zaman Miosen.
Harimau Tasmania bukanlah seorang kucing atau anjing, walau dari segi fisik sanagt mirip dengan anjing begitupun dengan ukurannya. Mungkin kekerabatannya dekat dengan hyena. Sementara bulu pendek dengan warna cokelat sampai coklat gelap paling banyak ditemui dan merupakan cirri-ciri umum dari marsupial ini, Ceri fisik lainnya yang menonjol adalah ada satu sampai dua lusin garis-garis gelap yang melintasi bagian belakangnya tubuhnya. Betinanya dan jantannya memiliki kantung di dekat susu. Betina memiliki empat puting susu .

Sebagai pemburu, harimau Tasmania lebih bergantung pada penglihatan dan suara dan juga bau dari mangsanya, namun sebenarnya harimau Tasmania tidak memiliki indra penciuman yang baik dan lebih mengutamakan mata sebagai salah satu alat berburunya. Harimau Tasmania dapat berkembang dengan baik dan mereka memiliki stamina yang kuat dan tak kenal lelah dalam memburu mangsanya. Mangsa yang bisa berlari cepat sekalipun akan dibuat kelelahan karena akan selalu diikuti oleh harimau Tasmania. Harimau Tasmania juga memiliki jangkauan rahang yang kuat besar dibandingkan harimau.
Punahnya Harimau Tasmania dimulai seiring dengan datangnya Dingo (anjing liar yang dijinakan) dan anjing liar ke Australia. Kedatangan orang Eropa dan pembebasan tanah semakin membuat ruang gerak harimau Tasmania terbatas. Tanah perburuan yang disukai dari harimau Tasmania termasuk hutan kayu putih, lahan basah pesisir dan padang rumput terbuka pada waktu itu telah bergeser menjadi lahan pertanian dan industri, Ribuan harimau Tasmania tewas di bawah senjata para petani, peternak dan pemburu bayaran karena dianggap merusak ladang dan memangsa ternak. Pada tahun 1920-an, penampakan harimau Tasmania terakhir yang diketahui ditembak mati pada tahun 1930. Beberapa berhasil diselamatkan di kebun binatang dan harimau terakhir yang diketahui meninggal di penangkaran tahun 1936.
Menurut standar internasional lima puluh tahun lebih telah berlalu tanpa satupun spesies harimau Tasmania yang ditemukan. Badan perlindungan hewan Internasional akhirnya memutuskan spesies ini dianggap telah punah pada tahun 1986. Meskipun demikian masih ada laporan penampakan, 1 atau 2 ekor hewan ini dan sisa kotoran dari Harimau Tasmania yang pernah ditemukan di bagian terpencil di Tasmania. Beberapa lembaga telah menawarkan hadiah besar bagi mereka yang berhasil menangkap spesies ini hidup-hidup. Bahwa terakhir pertumbuhan hutan tua Tasmania adalah tempat terakhir penampakan tersebut terjadi, penebangan yang terus menerus di daerah justru akan memupuskan peluang terakhir untuk menemukan Harimau Tasmania hidup-hidup.
6. Tsuchinoko
 
Tsuchinoko adalah makhluk cryptid yang berasal dari Jepang. Nama Tsuchinoko berasal dari nama lokal untuk “hewan” menurut penduduk daerah Kansai (Kyoto, Mie, Nara, dan Shikoku). Hewan ini dilaporkan pernah terlihat oleh saksi mata di berbagai tempat di Jepang, kecuali di Hokkaido dan Kepulauan Ryukyu. Namun hingga saat ini, belum pernah ada yang berhasil menangkap Tsuchinoko.
Tsuchinoko memiliki ciri-ciri seperti ular, tetapi berperut gendut atau mirip dengan pin bowling dan suaranya mencicit seperti tikus. Tsuchinoko merupakan seekor reptil yang memiliki panjang 30-80 cm dengan kepala lebih besar dan taring yang beracun.
Dikatakan pula bahwa Tsuchinoko mampu melompat hingga sekitar satu meter dan bergerak sangat cepat. Ada tiga pendapat yang berbeda mengenai cara bergerak Tsuchinoko:
Tsuchinoko berjalan dengan menggigit buntutnya lalu berputar menggelindingkan tubuh,
Tsuchinoko berjalan seperti ulat,
Tsuchinoko berjalan dengan menggoyangkan tubuhnya ke kiri dan ke kanan.
Beberapa orang menganggap bahwa kemungkinan besar para saksi tersebut hanya salah melihat saja. Perut ular yang baru saja menelan mangsa yang berukuran besar akan membesar seperti sosok Tsuchinoko yang dilaporkan para saksi. Selain itu, Tsuchinoko mirip dengan kadal genus Tiliqua yang masuk ke Jepang sebagai hewan peliharaan sejak sekitar tahun 1970-an. Kadal tersebut memiliki kaki yang kecil dan hampir tidak terlihat sehingga di tengah kerimbunan dapat disangka sebagai Tsuchinoko.
Pendapat lain mengatakan bahwa kemungkinan besar para saksi tersebut hanya melihat ulat Hemeroplanes. Namun pada kenyataannya, ulat ini hidup di Amerika Latin bukan di Jepang dan ulat ini sedang terancam punah.

Hewan ini dilaporkan terlihat di beberapa daerah di Jepang, kecuali Hokkaido dan Kepulauan Ryukku. Bahkan nama tsuchinokoberasal dari bahasa penduduk daerah Kansai yang meliputi Kyoto, Mie, Nara, dan Shikoku yang berarti ‘hewan’. Di daerah Kanto, hewan ini disebut bachihebi. Tsuchinoko berbentuk seperti ular, namun berperut gendut seperti botol atu pin boling, dan berekor kecil mirip ekor tikus. Namun hingga kini keberadaan hewan itu belum pernah bisa dibuktikan (cryptid), dan juga belum pernah berhasil ditangkap. Diduga, ini terjadi karena selain yang melihatnya merasa takut, juga hewan ini langsung melarikan diri bila ada yang melihatnya. Beberapa pemerintah daerah di Jepang pernah mengiming-imingi uang hingga 100 juta Yen bagi siapa saja yang dapat menangkap hewan ini, namun tak ada hasilnya.
7. Yeti


Yeti atau biasa disebut Manusia Salju Liar merupakan legenda di daerah Himalaya. Sampai sekarang banyak cerita bahwa banyak orang hilang di daerah pegunungan Himalaya karena diculik Yeti. Foto diatas adalah hasil jepretan N. A. Tombazzi yang diambil tahun 1925, dia berkata bahwa melihat hewan besar mirip manusia dari Sikkim. Meskipun banyak yang telah melaporkan melihat Yeti, tapi sampai sekarang tidak ada bukti yang menunjukkan keberadaan mereka. Daerah tempat terlihatnya Yeti sangat curam dan landai sehingga sulit diadakan investigasi.

Serupa dengan Bigfoot, muncul di wilayah Himalaya. Bagi warga sekitar hutan di wilayah pegunungan itu, makhluk ini adalah penjaga hutan, dan tidak boleh diburu. Yeti atau Manusia Salju yang Menakutkan adalah sejenis primata besar yang menyerupai manusia yang menghuni wilayah pegunungan Himalaya di Nepal dan Tibet. Nama Yeti dan Meh-Teh umummnya digunakan secara luas oleh masyarakat di wilayah tersebut, dan dianggap sebagai kisah sejarah dan mitos yang masih misterius. Orang-orang Nepal juga menyebutnya bonmanche yang berarti manusia liar atau kanchanjuga rachyyas yang berarti iblis kanchanjunga.


8. Mongolian Death Worm

The Mongolian Death Worm diketahui suku nomaden Mongolia sebagai khorkhoi
allghoi (kadang-kadang dipanggil sebagai allerghoi horhai atau olgoj chorchoj) atau 'cacing usus' karena mirip dengan usus sapi. Mahluk ini berwarna merah, dan kadang- kadang digambarkan memiliki bintik-bintik gelap atau bercak- bercak,. Mahluk ini juga memiliki panjang tubuh kira-kira 2 sampai 5 meter. The Mongolian Death Worm menghuni Selatan Gurun Gobi di Mongolia. Referensi pertama binatang yang luar biasa ini muncul dalam Chapman Andrews '1926 buku Profesor Roy On the Trail of Ancient Man, meskipun palaentoloigis Amerika (ia inspirasi karakter Indiana Jones) . ia tidak sepenuhnya yakin dengan cerita-cerita rakasa yang ia dengar di sebuah pertemuan para pejabat Mongolia: "Tidak ada yang pernah melihat makhluk itu, tetapi mereka semua sangat yakin dengan keberadaan mahluk itu dan menggambarkannya dengan teliti. "Penjelajah Ceko Ivan Mackerle: "-Seperti Sosis dengan panjang lebih dari setengah meter (20 inci)dan dengan tebal sebesar lengan manusia, mirip usus sapi. Ekornya pendek, seperti tepotong. sulit menggambarkan kepalanya karena terlihat seperti tidak mempunyai mata, hidung atau mulut. warnanya gelap merah, seperti darah atau salami .ia bergerak dengan cara yang aneh - baik dengan cara menggelinding atau menggeliat menyamping, dengan menyapu. mahluk itu tinggal di bukit pasir terpencil dan di lembah-lembah panas bawah tanah di gurun Gobi dengan tanaman saxaul. Ia hanya terlihat selama bulan- bulan terpanas tahun, Juni dan Juli, kemudian pada bulan-bulan lain ia masuk ke dalam liang pasir dan tidur. Ia sering keluar dari tanah terutama setelah hujan, ketika tanah basah. Mahluk ini sangat berbahaya, karena dapat membunuh seketika manusia dan hewan dalam jarak beberapa meter. " Makhluk itu dilaporkan dapat menyemprotkan zat asam yang dapat menyebabkan kematian seketika. mahluk ini juga memiliki kemampuan untukmembunuh dari jarak jauh dengan sengatan listrik. Banyak orang Mongolia telah melaporkan melihat makhluk ini. Makhluk itu melakukan hibernasi selama hampir sepanjang tahun kecuali untuk bulan Juni dan Juli. di yakini juga dengan menyentuh bagian mana saja dari tubuh cacing ini akan langsung mengalami kematian, yang diduga mengandung racun logam corrodes. Cerita rakyat setempat juga bercerita mahluk ini suka tanaman parasit lokal seperti Goyo. Mungkinkah ia sejenis belut listrik yang hidup di tanah? Belut listrik adalah cacing panjang seperti Mongolian Death Worm dan diketahui juga bahwa belut listrik dapat menghasilkan listrik yang cukup kuat untuk melumpuhkan atau membunuh mangsanya. Belut listrik seekor belut, mereka hanya memiliki bentuk seperti belut. Walaupun namanya belut ia sama sekali bukan belut
melainkan sebuah knifefish. Mereka tinggal di dasar lumpur di dalam air yang tenang dan ia harus bernapas; belut listrik naik ke permukaan setiap 10 menit atau lebih, binatang itu akan menelan udara sebelum kembali ke bawah. Hampir 80% dari oksigen yang digunakan oleh ikan diambil dengan cara ini. Ini menunjukkan bahwa kandidat yang paling mungkin untuk memiliki variasi yang hidup di darat. Namun lingkungan terutama seperti Gurun Gobi tampaknya akan terlalu keras untuk makhluk semacam itu. Namun mengingat kepercayaan penduduk lokal bahwa "cacing suka keluar dari dalam tanah umumnya setelah hujan, ketika tanah masih basah". belut listrik yang bernama latin Electrophorus electricus ini terkenal dengan kemampuannya untuk menghasilkan arus listrik yang kuat, mencapai 500 650 volt. hal ini cukup membuat pingsan atau membunuh mangsanya.tetapi belut listrik tidak mempunyai racun yang disemprotkan. Mungkinkah seekor ular yang meludah? Mungkin makhluk itu adalah semacam kobra meludah. Meludah kobra sangat akurat pada jarak lebih dari 10 kaki. Ketika kobra itu ingin "meludah" atau
"menyemprotkan" bisanya. Cobra dapat menyemprotkan racun yang menyakitkan secara langsung ke dalam mata binatang yang berpotensial menginjaknya dari jarak yang aman. Ular yang mirip cacing berbentuk persis seperti cacing "Mongolian Death Worm". dilaporkan Beberapa ular kobra meludah tampak kemerahan dengan warna-mirip dengan laporan tentang Mongolian Death Worm. Mungkinkah cerita cerita tentang sengatan listrik dibuat karena kesalahan yang disebabkan oleh terkejutnya melihat makhluk itu. Kesimpulan mungkin saja para saksi salah mengira dan salah melihat tentang cacing mongolia. Tetapi mungkin saja mahluk ini benar- benar ada. menurut legenda gurun gobi dahulunya bekas danau yang kemudian mengering akibat bencana, mungkin saja cacing itu adalah belut listrik yang sudah
berevolusi.
Hewan ini hidup di Gurun Gobi, dan sangat ditakuti bangsa Mongolia. Meski termasuk jenis cacing, hewan ini bisa memiliki panjang hingga 1,2 meter, bertubuh seperti ular, gemuk, berwarna merah, dan mampu membunuh mangsanya, termasuk manusia, dengan cepat dan dari jarak jauh. Dalam legenda Mongol disebutkan, jika akan menyerang mangsanya, binatang ini akan mengangkat sebagian tubuhnya, dan kemudian membuka mulutnya lebar-lebar, dan menyemburkan racun mematikan yang membuat mangsanya tewas. Setelah itu, sang mangsa dimakan. Bangsa Mongol menyebut hewan ini dengan allghoi khorkoi yang berarti cacing usus, karena jika dilihat sepintas, cacing raksasa ini memang seperti usus. Meski menamakan hewan ini dengan Mongolian Death Warm, para ilmuwan yakin, hewan ini bukan jenis cacing, karena cacing takkan tahan hidup di gurun yang panas, kering, dan tandus. Mereka yakin, hewan ini sejenis ular berbisa, namun hipotesa ini pun belum dapat dibuktikan keakuratannya.

0 komentar:

Posting Komentar

 
;