1. Ahool
Hewan ini
berbentuk seperti kelelawar, berkepala seperti monyet, bermata besar serta
hitam, dan tubuhnya berbulu abu-abu gelap. Tubuhnya dapat sebesar anak berumur
satu tahun dengan bentangan sayap dapat mencapai 10 kaki (3 meter). Hewan ini
pertama kali dilihat oleh Dr.Ernest Bartels pada 1925 ketika sedang menyusuri
Gunung Salak, Jawa Barat. Saat itu Ernest sedang mejelajahi air terjun di
lereng gunung itu, dan mendadak saja seekor kelelawar raksasa menukik di atas
kepalanya.Pada tahun 1927, sekitar pukul 11:30 malam, ketika Ernest Bartels
berbaring di tempat tidurnya dalam pondok dekat sungai Tjidjengkol, Jawa Barat,
dia mendengar suara aneh dari atas pondoknya. Suara itu berbunyi “Ahool … Ahool
…”. Ernest mengambil obor dan memeriksa ke asal suara, dan melihat kelelawar
raksasa yang dia lihat pada 1925. Itu sebabnya hewan ini disebut Ahool.
2. Agogwe
Agogwe adalah makhluk yang berbulu kecil, sering di temui Afrika Timur. Agogwe berjalan dengan dua kaki, Bulunya berwarna kemerahan. Agogwe adalah makhluk seperti manusia dan berukuran sangat kecil. Bagi orang Sumatra, sepertinya Agogwe di kenal dengan nama Orang Pendek.
Makhluk ini pertama
kali diketahui keberadaannya pada sekitar 1900 oleh Kapten William Hitchens,
namun baru disampaikan ke publik pada 1937. William menemukan makhluk ini di
Afrika Timur. Menurut dia, Agogwe berbentuk seperti manusia dan berjalan dengan
kaki, namun bertubuh kecil seperti kurcaci, serta berbulu kemerahan di sekujur
tubuhnya. William menyebut, Agogwe yang ia lihat menyerupai seorang laki-laki,
namun hanya setinggi 4 kaki. Pada 1938, seorang pria bernama Cuthbert Burgoyne
juga melihat Agogwe di Afrika Timur. Ada teori yang menyebutkan, kalau Agogwe
mungkin termasuk spesies gracile australopithecine, salah satu spesies primata
yang pernah berdiam di Afrika, namun telah punah sejak ribuan tahun lalu.
Ada beberapa teori seputar
keberadaan Agogwe. Dikatakan bahwa bipedal berambut merah ini mungkin makhluk
hidup spesies dari gracile australopithecine - yang dikenal sebagai primata
bipedal diketahui ilmu yang tinggal di Afrika Utara dan Timur sekitar 3 untuk
3.9 juta tahun yang lalu.
Gracile
australopithecine jejak kaki yang telah ditemukan tidak menunjukkan bukti
opposable jari kaki, tetapi berpendapat bahwa mungkin Agogwe diperoleh
opposable tahun jari-jari kaki melalui evolusi. Satu teori lain menyatakan
bahwa penampakan Agogwe mungkin dalam kenyataannya telah penampakan mungkin
bertahan owa di hutan Afrika. Gibbons seperti Agogwe memiliki dahi bulat dan
anjing kecil. Hal tersebut adalah penting untuk dicatat bahwa Gibbons terutama
digunakan untuk penggerak lengan mereka dan bahwa mereka jarang terlihat di
daratan.
Tidak ada penampakan saat ini di Agogwe. Terdokumentasi yang paling baru adalah bahwa salah satu dari Kolektor Hewan Charles Cordier pada akhir 1950-an dan awal 1960-an. Cordier telah mengikuti jejak Kakundakari Zimbabwe. Dia mencatat bahwa sekali Kakundakari telah menjadi terjerat dalam perangkap tetapi berhasil melarikan diri sebelum salah satu anggota timnya bisa mencapainya. Belum ada penampakan apapun kemudian daripada Cordier, tetapi itu tidak berarti bahwa Agogwe hanya kebetulan. Hanya berdiri sebagai sebuah bukti dari kepadatan dan keluasan hutan-hutan Afrika.
Tidak ada penampakan saat ini di Agogwe. Terdokumentasi yang paling baru adalah bahwa salah satu dari Kolektor Hewan Charles Cordier pada akhir 1950-an dan awal 1960-an. Cordier telah mengikuti jejak Kakundakari Zimbabwe. Dia mencatat bahwa sekali Kakundakari telah menjadi terjerat dalam perangkap tetapi berhasil melarikan diri sebelum salah satu anggota timnya bisa mencapainya. Belum ada penampakan apapun kemudian daripada Cordier, tetapi itu tidak berarti bahwa Agogwe hanya kebetulan. Hanya berdiri sebagai sebuah bukti dari kepadatan dan keluasan hutan-hutan Afrika.
3. Serigala Andean
Hewan ini pun jarang sekali dapat dilihat, namun diketahui kerap berkeliaran di sekitar Laut Arktik dan di Amerika Utara. Hewan ini unik, karena hanya jenis ini satu-satunya dalam spesies anjing atau srigala yang tidak berbulu, sehingga kulitnya licin. Namun lucunya, di kepala dan ekor binatang ini justru tumbuh bulu berwarna kuning.
4. Kucing Rubah
Kucing Rubah merupakan sejenis karnivora baru yang ditemukan di Kalimantan. Ukurannya lebih besar dari kucing biasa, memiliki bulu berwarna merah, ekor yang panjang, dan kaki depan lebih panjang daripada kaki belakang seperti katak. Hewan ini mirip perpaduan antara kucing dan rubah. Biasanya kucing ini dianggap tidak memiliki bulu karena warna kulit dan bulu yang berwarna sama, sehingga membuat kucing ini dianggap tidak berbulu
Hewan ini ditemukan
sekelompok ilmuan yang tergabung dalam World Wild Fund (WWF) pada 2003 saat
tengah melakukan penelitian di kawasan Taman Nasional Kayan Mentarang,
Kalimantan, namun baru dipublikasikan pada 2005. Hewan ini mirip rubah, tapi
berkulit merah, dan berukuran lebih besar dari kucing. Yang menarik, binatang
ini juga memiliki sepasang kaki belakang yang lebih panjang dari kaki depannya,
dan memiliki ekor berotot yang panjang. Begitu dipublikasikan, dunia langsung
heboh dan media memberitakannya sebagai temuan terpenting dalam satu abad
terakhir, karena temuan spesies baru yang terakhir terjadi pada 1895 ketika di
belantara Kalimantan ilmuwan juga menemukan seekor karnivora jenis musang luwak
yang diberi nama melogale everetti atau borneo ferret badger.
5. Harimau Tasmania
5. Harimau Tasmania
Hewan bernama latin Thylacinus cynocephalus ini merupakan hewan marsupial karnivora modern terbesar yang pernah diketahui. Dianggap sebagai harimau, karena punggungnya bercorak belang seperti umumnya harimau. Namun ada pula yang menyebutnya srigala, karena bentuk kepalanya memang mirip srigala. Hewan yang hidup di benua Australia dan pulau Papua ini dinyatakan telah punah pada abad 20. Di Australia, hewan ini punah ribuan tahun sebelum kedatangan bangsa Eropa ke benua kangguru itu, namun sempat bertahan di pulau Tasmania bersama sejumlah spesies endemik lainnya, termasuk setan Tasmania. Itu sebabanya di belakang namanya ada tambahan kata Tasmania. Fosil yang ditemukan dari spesies binatang ini mengindikasikan kalau dia hidup sekitar zaman Miosen.
Harimau Tasmania
bukanlah seorang kucing atau anjing, walau dari segi fisik sanagt mirip dengan anjing
begitupun dengan ukurannya. Mungkin kekerabatannya dekat dengan hyena.
Sementara bulu pendek dengan warna cokelat sampai coklat gelap paling banyak
ditemui dan merupakan cirri-ciri umum dari marsupial ini, Ceri fisik lainnya
yang menonjol adalah ada satu sampai dua lusin garis-garis gelap yang melintasi
bagian belakangnya tubuhnya. Betinanya dan jantannya memiliki kantung di dekat
susu. Betina memiliki empat puting susu .
Sebagai pemburu, harimau Tasmania lebih bergantung pada penglihatan dan suara dan juga bau dari mangsanya, namun sebenarnya harimau Tasmania tidak memiliki indra penciuman yang baik dan lebih mengutamakan mata sebagai salah satu alat berburunya. Harimau Tasmania dapat berkembang dengan baik dan mereka memiliki stamina yang kuat dan tak kenal lelah dalam memburu mangsanya. Mangsa yang bisa berlari cepat sekalipun akan dibuat kelelahan karena akan selalu diikuti oleh harimau Tasmania. Harimau Tasmania juga memiliki jangkauan rahang yang kuat besar dibandingkan harimau.
Sebagai pemburu, harimau Tasmania lebih bergantung pada penglihatan dan suara dan juga bau dari mangsanya, namun sebenarnya harimau Tasmania tidak memiliki indra penciuman yang baik dan lebih mengutamakan mata sebagai salah satu alat berburunya. Harimau Tasmania dapat berkembang dengan baik dan mereka memiliki stamina yang kuat dan tak kenal lelah dalam memburu mangsanya. Mangsa yang bisa berlari cepat sekalipun akan dibuat kelelahan karena akan selalu diikuti oleh harimau Tasmania. Harimau Tasmania juga memiliki jangkauan rahang yang kuat besar dibandingkan harimau.
Punahnya Harimau
Tasmania dimulai seiring dengan datangnya Dingo (anjing liar yang dijinakan)
dan anjing liar ke Australia. Kedatangan orang Eropa dan pembebasan tanah
semakin membuat ruang gerak harimau Tasmania terbatas. Tanah perburuan yang
disukai dari harimau Tasmania termasuk hutan kayu putih, lahan basah pesisir
dan padang rumput terbuka pada waktu itu telah bergeser menjadi lahan pertanian
dan industri, Ribuan harimau Tasmania tewas di bawah senjata para petani,
peternak dan pemburu bayaran karena dianggap merusak ladang dan memangsa
ternak. Pada tahun 1920-an, penampakan harimau Tasmania terakhir yang diketahui
ditembak mati pada tahun 1930. Beberapa berhasil diselamatkan di kebun binatang
dan harimau terakhir yang diketahui meninggal di penangkaran tahun 1936.
Menurut standar
internasional lima puluh tahun lebih telah berlalu tanpa satupun spesies
harimau Tasmania yang ditemukan. Badan perlindungan hewan Internasional
akhirnya memutuskan spesies ini dianggap telah punah pada tahun 1986. Meskipun
demikian masih ada laporan penampakan, 1 atau 2 ekor hewan ini dan sisa kotoran
dari Harimau Tasmania yang pernah ditemukan di bagian terpencil di Tasmania.
Beberapa lembaga telah menawarkan hadiah besar bagi mereka yang berhasil
menangkap spesies ini hidup-hidup. Bahwa terakhir pertumbuhan hutan tua
Tasmania adalah tempat terakhir penampakan tersebut terjadi, penebangan yang
terus menerus di daerah justru akan memupuskan peluang terakhir untuk menemukan
Harimau Tasmania hidup-hidup.
6. Tsuchinoko
Tsuchinoko
adalah makhluk cryptid yang berasal dari Jepang. Nama Tsuchinoko berasal dari
nama lokal untuk “hewan” menurut penduduk daerah Kansai
(Kyoto, Mie, Nara, dan Shikoku). Hewan ini dilaporkan pernah terlihat oleh
saksi mata di berbagai tempat di Jepang, kecuali di Hokkaido dan Kepulauan
Ryukyu. Namun hingga saat ini, belum pernah ada yang berhasil menangkap
Tsuchinoko.
Tsuchinoko
memiliki ciri-ciri seperti ular, tetapi berperut gendut atau mirip dengan pin bowling dan suaranya mencicit seperti tikus. Tsuchinoko
merupakan seekor reptil yang memiliki panjang 30-80 cm dengan kepala lebih
besar dan taring yang beracun.
Dikatakan
pula bahwa Tsuchinoko mampu melompat hingga sekitar satu meter dan bergerak
sangat cepat. Ada tiga pendapat yang berbeda mengenai cara bergerak Tsuchinoko:
Tsuchinoko
berjalan dengan menggigit buntutnya lalu berputar menggelindingkan tubuh,
Tsuchinoko
berjalan seperti ulat,
Tsuchinoko
berjalan dengan menggoyangkan tubuhnya ke kiri dan ke kanan.
Beberapa
orang menganggap bahwa kemungkinan besar para saksi tersebut hanya salah
melihat saja. Perut ular yang baru saja menelan mangsa yang berukuran besar
akan membesar seperti sosok Tsuchinoko yang dilaporkan para saksi. Selain itu,
Tsuchinoko mirip dengan kadal genus Tiliqua yang masuk ke Jepang sebagai hewan
peliharaan sejak sekitar tahun 1970-an. Kadal tersebut memiliki kaki yang kecil dan hampir tidak terlihat sehingga di tengah
kerimbunan dapat disangka sebagai Tsuchinoko.
Pendapat
lain mengatakan bahwa kemungkinan besar para saksi tersebut hanya melihat ulat
Hemeroplanes. Namun pada kenyataannya, ulat ini hidup di Amerika
Latin bukan di Jepang dan ulat ini sedang terancam punah.
Hewan ini dilaporkan terlihat di beberapa daerah di Jepang, kecuali Hokkaido dan Kepulauan Ryukku. Bahkan nama tsuchinokoberasal dari bahasa penduduk daerah Kansai yang meliputi Kyoto, Mie, Nara, dan Shikoku yang berarti ‘hewan’. Di daerah Kanto, hewan ini disebut bachihebi. Tsuchinoko berbentuk seperti ular, namun berperut gendut seperti botol atu pin boling, dan berekor kecil mirip ekor tikus. Namun hingga kini keberadaan hewan itu belum pernah bisa dibuktikan (cryptid), dan juga belum pernah berhasil ditangkap. Diduga, ini terjadi karena selain yang melihatnya merasa takut, juga hewan ini langsung melarikan diri bila ada yang melihatnya. Beberapa pemerintah daerah di Jepang pernah mengiming-imingi uang hingga 100 juta Yen bagi siapa saja yang dapat menangkap hewan ini, namun tak ada hasilnya.
7. Yeti
Yeti atau biasa disebut Manusia Salju Liar merupakan
legenda di daerah Himalaya. Sampai sekarang banyak cerita bahwa banyak orang
hilang di daerah pegunungan Himalaya karena diculik Yeti. Foto diatas adalah
hasil jepretan N. A. Tombazzi yang diambil tahun 1925, dia berkata bahwa
melihat hewan besar mirip manusia dari Sikkim. Meskipun banyak yang telah
melaporkan melihat Yeti, tapi sampai sekarang tidak ada bukti yang menunjukkan
keberadaan mereka. Daerah tempat terlihatnya Yeti sangat curam dan landai
sehingga sulit diadakan investigasi.
Serupa dengan Bigfoot, muncul di wilayah Himalaya.
Bagi warga sekitar hutan di wilayah pegunungan itu, makhluk ini adalah penjaga hutan, dan tidak boleh diburu. Yeti atau
Manusia Salju yang Menakutkan adalah sejenis primata besar yang menyerupai
manusia yang menghuni wilayah pegunungan Himalaya di Nepal dan Tibet. Nama Yeti
dan Meh-Teh umummnya digunakan secara luas oleh masyarakat di wilayah tersebut,
dan dianggap sebagai kisah sejarah dan mitos yang masih misterius. Orang-orang
Nepal juga menyebutnya bonmanche yang berarti manusia liar atau kanchanjuga
rachyyas yang berarti iblis kanchanjunga.
8. Mongolian Death Worm
8. Mongolian Death Worm
The Mongolian Death
Worm diketahui suku nomaden Mongolia sebagai khorkhoi
allghoi (kadang-kadang dipanggil sebagai allerghoi horhai atau olgoj chorchoj) atau 'cacing usus' karena mirip dengan usus sapi. Mahluk ini berwarna merah, dan kadang- kadang digambarkan memiliki bintik-bintik gelap atau bercak- bercak,. Mahluk ini juga memiliki panjang tubuh kira-kira 2 sampai 5 meter. The Mongolian Death Worm menghuni Selatan Gurun Gobi di Mongolia. Referensi pertama binatang yang luar biasa ini muncul dalam Chapman Andrews '1926 buku Profesor Roy On the Trail of Ancient Man, meskipun palaentoloigis Amerika (ia inspirasi karakter Indiana Jones) . ia tidak sepenuhnya yakin dengan cerita-cerita rakasa yang ia dengar di sebuah pertemuan para pejabat Mongolia: "Tidak ada yang pernah melihat makhluk itu, tetapi mereka semua sangat yakin dengan keberadaan mahluk itu dan menggambarkannya dengan teliti. "Penjelajah Ceko Ivan Mackerle: "-Seperti Sosis dengan panjang lebih dari setengah meter (20 inci)dan dengan tebal sebesar lengan manusia, mirip usus sapi. Ekornya pendek, seperti tepotong. sulit menggambarkan kepalanya karena terlihat seperti tidak mempunyai mata, hidung atau mulut. warnanya gelap merah, seperti darah atau salami .ia bergerak dengan cara yang aneh - baik dengan cara menggelinding atau menggeliat menyamping, dengan menyapu. mahluk itu tinggal di bukit pasir terpencil dan di lembah-lembah panas bawah tanah di gurun Gobi dengan tanaman saxaul. Ia hanya terlihat selama bulan- bulan terpanas tahun, Juni dan Juli, kemudian pada bulan-bulan lain ia masuk ke dalam liang pasir dan tidur. Ia sering keluar dari tanah terutama setelah hujan, ketika tanah basah. Mahluk ini sangat berbahaya, karena dapat membunuh seketika manusia dan hewan dalam jarak beberapa meter. " Makhluk itu dilaporkan dapat menyemprotkan zat asam yang dapat menyebabkan kematian seketika. mahluk ini juga memiliki kemampuan untukmembunuh dari jarak jauh dengan sengatan listrik. Banyak orang Mongolia telah melaporkan melihat makhluk ini. Makhluk itu melakukan hibernasi selama hampir sepanjang tahun kecuali untuk bulan Juni dan Juli. di yakini juga dengan menyentuh bagian mana saja dari tubuh cacing ini akan langsung mengalami kematian, yang diduga mengandung racun logam corrodes. Cerita rakyat setempat juga bercerita mahluk ini suka tanaman parasit lokal seperti Goyo. Mungkinkah ia sejenis belut listrik yang hidup di tanah? Belut listrik adalah cacing panjang seperti Mongolian Death Worm dan diketahui juga bahwa belut listrik dapat menghasilkan listrik yang cukup kuat untuk melumpuhkan atau membunuh mangsanya. Belut listrik seekor belut, mereka hanya memiliki bentuk seperti belut. Walaupun namanya belut ia sama sekali bukan belut
melainkan sebuah knifefish. Mereka tinggal di dasar lumpur di dalam air yang tenang dan ia harus bernapas; belut listrik naik ke permukaan setiap 10 menit atau lebih, binatang itu akan menelan udara sebelum kembali ke bawah. Hampir 80% dari oksigen yang digunakan oleh ikan diambil dengan cara ini. Ini menunjukkan bahwa kandidat yang paling mungkin untuk memiliki variasi yang hidup di darat. Namun lingkungan terutama seperti Gurun Gobi tampaknya akan terlalu keras untuk makhluk semacam itu. Namun mengingat kepercayaan penduduk lokal bahwa "cacing suka keluar dari dalam tanah umumnya setelah hujan, ketika tanah masih basah". belut listrik yang bernama latin Electrophorus electricus ini terkenal dengan kemampuannya untuk menghasilkan arus listrik yang kuat, mencapai 500 650 volt. hal ini cukup membuat pingsan atau membunuh mangsanya.tetapi belut listrik tidak mempunyai racun yang disemprotkan. Mungkinkah seekor ular yang meludah? Mungkin makhluk itu adalah semacam kobra meludah. Meludah kobra sangat akurat pada jarak lebih dari 10 kaki. Ketika kobra itu ingin "meludah" atau
"menyemprotkan" bisanya. Cobra dapat menyemprotkan racun yang menyakitkan secara langsung ke dalam mata binatang yang berpotensial menginjaknya dari jarak yang aman. Ular yang mirip cacing berbentuk persis seperti cacing "Mongolian Death Worm". dilaporkan Beberapa ular kobra meludah tampak kemerahan dengan warna-mirip dengan laporan tentang Mongolian Death Worm. Mungkinkah cerita cerita tentang sengatan listrik dibuat karena kesalahan yang disebabkan oleh terkejutnya melihat makhluk itu. Kesimpulan mungkin saja para saksi salah mengira dan salah melihat tentang cacing mongolia. Tetapi mungkin saja mahluk ini benar- benar ada. menurut legenda gurun gobi dahulunya bekas danau yang kemudian mengering akibat bencana, mungkin saja cacing itu adalah belut listrik yang sudah
berevolusi.
allghoi (kadang-kadang dipanggil sebagai allerghoi horhai atau olgoj chorchoj) atau 'cacing usus' karena mirip dengan usus sapi. Mahluk ini berwarna merah, dan kadang- kadang digambarkan memiliki bintik-bintik gelap atau bercak- bercak,. Mahluk ini juga memiliki panjang tubuh kira-kira 2 sampai 5 meter. The Mongolian Death Worm menghuni Selatan Gurun Gobi di Mongolia. Referensi pertama binatang yang luar biasa ini muncul dalam Chapman Andrews '1926 buku Profesor Roy On the Trail of Ancient Man, meskipun palaentoloigis Amerika (ia inspirasi karakter Indiana Jones) . ia tidak sepenuhnya yakin dengan cerita-cerita rakasa yang ia dengar di sebuah pertemuan para pejabat Mongolia: "Tidak ada yang pernah melihat makhluk itu, tetapi mereka semua sangat yakin dengan keberadaan mahluk itu dan menggambarkannya dengan teliti. "Penjelajah Ceko Ivan Mackerle: "-Seperti Sosis dengan panjang lebih dari setengah meter (20 inci)dan dengan tebal sebesar lengan manusia, mirip usus sapi. Ekornya pendek, seperti tepotong. sulit menggambarkan kepalanya karena terlihat seperti tidak mempunyai mata, hidung atau mulut. warnanya gelap merah, seperti darah atau salami .ia bergerak dengan cara yang aneh - baik dengan cara menggelinding atau menggeliat menyamping, dengan menyapu. mahluk itu tinggal di bukit pasir terpencil dan di lembah-lembah panas bawah tanah di gurun Gobi dengan tanaman saxaul. Ia hanya terlihat selama bulan- bulan terpanas tahun, Juni dan Juli, kemudian pada bulan-bulan lain ia masuk ke dalam liang pasir dan tidur. Ia sering keluar dari tanah terutama setelah hujan, ketika tanah basah. Mahluk ini sangat berbahaya, karena dapat membunuh seketika manusia dan hewan dalam jarak beberapa meter. " Makhluk itu dilaporkan dapat menyemprotkan zat asam yang dapat menyebabkan kematian seketika. mahluk ini juga memiliki kemampuan untukmembunuh dari jarak jauh dengan sengatan listrik. Banyak orang Mongolia telah melaporkan melihat makhluk ini. Makhluk itu melakukan hibernasi selama hampir sepanjang tahun kecuali untuk bulan Juni dan Juli. di yakini juga dengan menyentuh bagian mana saja dari tubuh cacing ini akan langsung mengalami kematian, yang diduga mengandung racun logam corrodes. Cerita rakyat setempat juga bercerita mahluk ini suka tanaman parasit lokal seperti Goyo. Mungkinkah ia sejenis belut listrik yang hidup di tanah? Belut listrik adalah cacing panjang seperti Mongolian Death Worm dan diketahui juga bahwa belut listrik dapat menghasilkan listrik yang cukup kuat untuk melumpuhkan atau membunuh mangsanya. Belut listrik seekor belut, mereka hanya memiliki bentuk seperti belut. Walaupun namanya belut ia sama sekali bukan belut
melainkan sebuah knifefish. Mereka tinggal di dasar lumpur di dalam air yang tenang dan ia harus bernapas; belut listrik naik ke permukaan setiap 10 menit atau lebih, binatang itu akan menelan udara sebelum kembali ke bawah. Hampir 80% dari oksigen yang digunakan oleh ikan diambil dengan cara ini. Ini menunjukkan bahwa kandidat yang paling mungkin untuk memiliki variasi yang hidup di darat. Namun lingkungan terutama seperti Gurun Gobi tampaknya akan terlalu keras untuk makhluk semacam itu. Namun mengingat kepercayaan penduduk lokal bahwa "cacing suka keluar dari dalam tanah umumnya setelah hujan, ketika tanah masih basah". belut listrik yang bernama latin Electrophorus electricus ini terkenal dengan kemampuannya untuk menghasilkan arus listrik yang kuat, mencapai 500 650 volt. hal ini cukup membuat pingsan atau membunuh mangsanya.tetapi belut listrik tidak mempunyai racun yang disemprotkan. Mungkinkah seekor ular yang meludah? Mungkin makhluk itu adalah semacam kobra meludah. Meludah kobra sangat akurat pada jarak lebih dari 10 kaki. Ketika kobra itu ingin "meludah" atau
"menyemprotkan" bisanya. Cobra dapat menyemprotkan racun yang menyakitkan secara langsung ke dalam mata binatang yang berpotensial menginjaknya dari jarak yang aman. Ular yang mirip cacing berbentuk persis seperti cacing "Mongolian Death Worm". dilaporkan Beberapa ular kobra meludah tampak kemerahan dengan warna-mirip dengan laporan tentang Mongolian Death Worm. Mungkinkah cerita cerita tentang sengatan listrik dibuat karena kesalahan yang disebabkan oleh terkejutnya melihat makhluk itu. Kesimpulan mungkin saja para saksi salah mengira dan salah melihat tentang cacing mongolia. Tetapi mungkin saja mahluk ini benar- benar ada. menurut legenda gurun gobi dahulunya bekas danau yang kemudian mengering akibat bencana, mungkin saja cacing itu adalah belut listrik yang sudah
berevolusi.
Hewan ini hidup di
Gurun Gobi, dan sangat ditakuti bangsa Mongolia. Meski termasuk jenis cacing,
hewan ini bisa memiliki panjang hingga 1,2 meter, bertubuh seperti ular, gemuk,
berwarna merah, dan mampu membunuh mangsanya, termasuk manusia, dengan cepat
dan dari jarak jauh. Dalam legenda Mongol disebutkan, jika akan menyerang
mangsanya, binatang ini akan mengangkat sebagian tubuhnya, dan kemudian membuka
mulutnya lebar-lebar, dan menyemburkan racun mematikan yang membuat mangsanya
tewas. Setelah itu, sang mangsa dimakan. Bangsa Mongol menyebut hewan ini
dengan allghoi khorkoi yang berarti cacing usus, karena jika dilihat sepintas,
cacing raksasa ini memang seperti usus. Meski menamakan hewan ini dengan
Mongolian Death Warm, para ilmuwan yakin, hewan ini bukan jenis cacing, karena
cacing takkan tahan hidup di gurun yang panas, kering, dan tandus. Mereka
yakin, hewan ini sejenis ular berbisa, namun hipotesa ini pun belum dapat
dibuktikan keakuratannya.
0 komentar:
Posting Komentar